Senin, 26 Januari 2015

WAROENG KOPI

Warung Kopi.
Gambar di atas memperlihatkan sebuah warung kopi sederhana, di tepi sungai pedalaman Kalimantan. Tempat berkumpul warga sekitar untuk sekedar ngopi dan ngobrol ngalor ngidul, dari masalah keseharian hingga politik dan ekonomi.
Warung Kopi di kota mungkin menampilkan wajah yang sedikit berbeda, namun fungsinya tetap sama, buat ‘cangkrukan’ (istilah Suroboyo yang artinya duduk2 di warung kopi atau gardu jaga sambil ngobrol). Sarana komunikasi atar warganegara yang cukup efeltif untuk mendengarkan aspirasi. Jokowi harusnya bisa memanfaatkan sarana ini, dengan blusukan secara in cognito. Repotnya, secara protokoler hal ini tidak memungkinan. Kan banyak Paspampres nantinya. Malah jadi ramai, orang pada minta tanda tangan atau foto selfie bareng.

Bahkan sekarang warung kopi sudah dilengkapi dengan fasilitas wifi. Warung kopi lalu menjadi sentra komunikasi interpersonal, secara face to face maupun di dunia maya. Dengan Rp 1.500,- kita sudah bisa berlama-lama cangkrung sambil mendapatkan berbagai ilmu dan informasi.



Di Gresik, tak ada ijin buat cafe dan sejenisnya. Tapi warung kopi ada ratusan, mngkin ribuan. Di sudut jalan atau tempat strategis lainnya, bisa berjejer beberapa warung kopi. Bahkan ada yang disebut ‘warung pangku’, warung kopi yang juga menyediakan wanita penghibur yang bisa disewa untuk esek-esek, walaupun secara resmi sudah dilarang. Dan Gresik pun disebut kota warung kopi, di samping sebutan kota wali (ada makam 3 wali disitu) atau kota santri. Umumnya warung kopi sederhana, tanpa AC, buka 24 jam dan dilengkapi dengan saluran wifi.



Sebenarnya istilah cafe atau warung kopi ya sama. Cafe itu asalnya dari Eropa, warung kopi di pinggir jalan. Kemudian dibawa Amerika dan berganti nama menjadi Coffee Shop. Ketika masuk ke Indonesia, cafe atau coffee shop itu lalu diartikan sebagai tempat nongkrong sambil makan minum ringan, dengan interior moderen dan ber AC. Fungsinya pun jadi sama : sentra komunikasi interpersonal.



Di Medan ada Kopi Tiam. Kata ‘tiam’ berasal dari bahasa Hokian (salah satu suku di Tiongkok) yang artinya warung. Lalu ada istilah Mie Tiam(warung mie / nasi).Kopi Tiam dan Mie Tiam memang pertama kali didirikan oleh orang-orang Hokian perantauan di Medan, dan kemudian menyebar sampai ke Padang juga, dan kini Jakarta dan Surabaya.


Bagaimana kawan? Ada yang punya pengalaman menarik seputar warung kopi?

Minggu, 25 Januari 2015

WARUNG KOPI PAK ARI


Di sebelah kantorku ada sebuah warung kopi sederhana yang sudah dilengkapi dengan fasilitas wifi. Tiap pagi aku selalu sarapan di situ, secangkir kopi susu dan nasi bungkus. Pemiliknya bernama pak Ari, seorang lelaki bersahaja berusia 50 tahunan. Warung pak Ari buka 24 jam. Pagi hingga petang dia dan istrinya yang melayani pelanggan, sedangkan petang hingga pagi hari dilayani oleh kedua anaknya, Seorang anaknya telah lulus insinyur mesin ITS dan sekarang bekerja di perusahaan BUMN di Cilegon. Kedua anakanya, yang menjaga warung kopi petang hingga pagi itu, kliah di perguruan tinggi negeri di Surabaya.
Dari usaha warung kopi itulah pak Ari dapat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Istrinya juga beraktivitas sebagai pengurus yayasan yang mengelola TPQ dekat mesjid di depan warungnya. Pak Ari sendiri juga aktif sebagai pengusus mesjid itu dan yayasan yang mengelola MI, MTs dan MA.
Ya cuma itu aktivitasnya. Pernbah aku tanya : "Dari warung ini Pak Ari bisa menyekolahkan anak2. Kok bisa?" Jawabnya singkat dan sederhana : "Nggih kersane Gusti Allah mawon" (semua apa kata Allah saja).
Subhaanallah. Allah memang sumber segalanya.

Selasa, 20 Januari 2015

Padi Menguning...


Kang Pardi di Selangor, Malaysia.

"Padi mengembang, kuning merayu ...."  Masih ingat  syair lagu yang diajarkan di sekolah kita dulu?. Negara Indonesia adalah negara agraris (suatu ungkapan yang keliru, harusnya Negara Maritim karena luas lautan di Indonesia lebih besar daripada luas daratan..), tanahnya subur, petani hidup makmur. Digambarkan bagaimana bahagianya hidup sebagai petani di desa. Alam yang segar, hijau, udaranya bersih, ijo royoroyo, gemah ripah loh jinawi. Tapi, itu dulu, kang. Kini mayoritas petani hidup miskin. Kalau toh kaya, mereka pasti petani yang memilikipuluhan hektar swah, atau pensiunan pejabat korup yang beli sawah ratusan hektar, lalu memperkejakan penduduk desa sebagai buruh tani. Pertanian menjadi industri dengan modal besar para cukong. Petani asli - yang kini cuma buruh tani - tetep aja miskin. 
Tapi, kang. Kita kan ga boleh pesimis. Pemerintahan sudah berganti, menterinya juga ganti, siapa tahu nasib petani asli berganti juga (menjadi lebih baik).
Oh ya, kang. Sawah Lik Parto yang cuma satu hektar itu sudah dijual untuk biaya anaknya yang pingin jadi polisi. Kalau gagal. ya Lik Parto ga punya apa-apa lagi. 

Salam dari kampung,
Narto.

Minggu, 18 Januari 2015

Petani Jawa


Ini adalah foto petani Jawa di awal abad 20. Gambaran kemiskinan terpampang nyata .... tak berubah hingga kini. Dalam sejarah Indonesia memang pernah terjadi pemberontakan petani Jawa (akhir tahun 1800an di Ciomas, sekitar tahun 1925-1930 di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro). Hal ini menunjukkan bahwa petani selalu menjadi kaum marjinal. Memang sekarang ada juga petani yang sukses bahkan kaya raya dengan menguasai ribuan hektar lahan (yang tentu saja bertentangan dengan UU Agraria).
Mudah-mudahan Menteri Pertanian yang baru bisa memperbaiki nasib petani Indonesia.

BBM turun (lagi)

Harga BBM diturunkan lagi , mengikuti harga minyak dunia uang turun. Sebetulnya kecenderungan turunnya harga minyak dunia sudah diketahui sejak akan ditetapkannnya hrga baru BBM di awal pemerintahan Jokowi (premium Rp 8.500 dan solar Ro 7.500). Kebijakan galau ini tentu saja sangat mungkin terjadi, kalau para penentu kebijakannya juga galau.
Maslahnya sekarang, harga-harga kebutuhan pokok dan transportasi yang sudah keburu naik ketika harga premium jadi 8.500 itu nggak mau ikutan turun ketika harga premium kini jadi 6.600.
Iki piye, iki piye, iki piye...

Jumat, 16 Januari 2015

Jangan berhenti berpikir


Bahkan kita pun tidak seharusnya berhenti berpikir, kecuali otak kita sudah mati.Para pemimpin di pemerintahan, anggota DPR, KPK, Pertamina, Polri, TNI, dan banyak lagi HARUS selalu berpikir untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia bukan hanya pengusaha, doktor, profesor, menteri, direksi BUMN, ulama, artis atau siapapun yang berpenghasilan di atas 5 X UMP, tapi juga petani, pemulung, pedagang kaki lima, pemilik warung nasi, tukang becak, pengemis, gelandangan, buruh pabrik, remaja putus sekolah, pengangguran, maling, rampok (termasuk rampok uang negara), dan seluruh rakyat Indonesia berhak menikmati alam Indonesia merdeka... Inya Allah.

Pasar


Ini adalah tipikal pasar tradisional di Indonesia. Becek, kumuh, panas dan bau. Keberadaannya mulai tergeser oleh pasar tradisional yang bersih, ber AC dan tidak bau. Benarkah begitu? Di tempat tinggal saya, Gresik, pasar tradisional masih jadi jujukan utama warga kota kok. Karena barangnya yang fresh dan harganya juga terjangkau.
Dibalik geliatnya sejak subuh, bermainlah para tengkulak dan pedagang besar, sehingga harga cabe bisa dipermainkan menjadi lebih mahal dari harga daging sapi...

Petani garam















    courtesy of farahqoon.blogspot.com

 Petani garam.Nasibnya kian merana. Di Gresik, tambak garam sudah terlalu banyak yang diurug, dijadikan kompleks pergudangan atau depo container. Kebutuhan garam dalam negeri lalu diimport. Pemerintah han ya sibuk ngurusi pencitraan, lalu lupa pada keadaasn sebenarnya.

Selasa, 13 Januari 2015

BUDI GUNAWAN (1)

Pagi ini, Komjen Budi Gunawan menjalani fit & proper test di DPR. KPK telah menetapkannya sebagai tersangka kasus grafitasi. Timbul silang pendapat dan kontroversi. Mbok sebaiknya kalau menetapkan calon itu (lebih elok kalau bukan calon tunggal, kayak ga ada yang lain aja) jangan yang bisa menimbulkan kontroversi. Jadi ga ada perdebatan yan g cuma buang waktu aja. Katanya klertja, kerja, kerja.
Merdeka pak !!!

Minggu, 11 Januari 2015

KAWAT BERDURI























Kawat berduri. Ya,. ini memang gambar kawat berduri. Mengingatkan kamu pada apa? Kalau aku sih teringat Tragedi Mei 1998. Kerusuhan terjadi di ibukota tanggal 13-15 Mei 1998, menyusul peristiwa penembakan mahasiswa Univ Trisakti tanggal 12 Mei 1998. Aku memang berada di lokasi pada waktu itu. Lain kali akan aku ceritakan apa yang aku alami.
Ini pertistiwa kelam dalam sejarah. Pelaku penembakan dan aktor intelektual di belakan itu tidak pernah terungkap hingga sekarang. Mudah2an pemerintahan Jokowi bisa menuntaskannya. 
Saksikan aja filmnya "Dibalik 1998" karya Lukman Sardi

Selasa, 06 Januari 2015

Harga Cabe

Harga cabe di Pasar Sidomoro Gresik pagi ini Rp 100.000,- per kg. Di Tuban bahkan mencapai Rp 120.000,- Waow...lebih mahal dari harga daging. Piye iki. Setahuku jalur pemasaran sayur mayur di Jatim cukup panjang: petani - tengkulak - pengepul - pedagang besar - pasar moderen besar (sisanya baru dikirim ke Pasar Induk). Permainan harga terjadi di tingkat pengepul dan pedagang besar. Bagaimana Kementerian Perdagangan ???

Ya wes lah, sementara ga makan sambel atau yang pedes2. Rendang ga pedes juga masih enak juga kok. Kalau cabe kan ga bisa dimakan begitu aja, tanpa teman... Pandai2 lah menyiasati situasi.

Senin, 05 Januari 2015

SALAM KENAL

Hai, kawan.

Tahun Baru 2015.Perkenalkan blog baruku: Percik Lazuardi. Ya, percik atau cipratan. Isinya percikan apa-apa yang terlintas di pikiranku. Apa aja lah. Seni, budaya, sosial, religiusitas, dll. Sedapat mungkin menghindari yang berbau politik, karena aku kurang begitu tertarik.
Blog ini juga membuka ruang diskusi dan perdebatan, tapi bukan pertengkaran.

Kita tahu harga premium diturunkan. Apa ga adademo buruh menuntut penurunan UMK ya.Kemarin mereka kan demo meuntut kenaikan UMK karena harga premium yang naik menjadi 8.500. Sekarang cuma 7.900 lho