Senin, 16 Maret 2015

KE SEKOLAH

Melalui Peraturan Pemerintah no 28 tahun 1990 yang ditandatangani oleh pak Harto (presiden RI ke 2) tanggal 10 Juni 1990 menetapkan program wajib belajar 9 tahun. Sudah seperempat abad (= 25 tahun) berlalu, pelaksnaannya masih saja banyak kekurangannya, mulai dari sarana dan prasarana, guru (kuantitas, kualitas dan fasilitas), kurikulum (kurikulum ala Mendiknas M. Nuh hanya berlangsung 6 bulan untuk klas 4 SD). Siapa yang bertanggung jawab? Ga ada. Ganti menteri ganti kebijakan, ganti kurikulum, ya ganti buku.
Lihatah bagaimana anak-anak ini harus menuju ke sekolah.

Ini masih ga seberapa. Ada lagi lho yang lebih mengerikan, sampai sampai harus mempertaruhkan naywa segala. 
Jembatan gantung yang rusak dan amat berbahaya menjadi pilihan tunggal buat anak-anak pergi ke sekolah








Pemerintah setempat tidak berbuat apa-apa, mungkin sibuk ngurusi proyek yang ada duitnya, supaya pimpronya kebagian dan bisa beli mobil baru. Hehe..



Ini ada di Indonesia lho, negara yang sudah 70 tahun merdeka. Lha mbok para koruptor itu disita semua hartanya, lalu duitnya buat bangun jembatan di sini. Atau perusahaan-2 besar yang gembar gembor punya program CSR suruh ngeluarin dananya untuk bikin jembatan. Mungkin mereka lebih suka punya program CSR yang bisa diliput TV dan dilihat banyak orang. Wong CSR itu juga sarana beriklan kok.




Mau sekolah aja susah. Kalau di kota biayanya mahal. Di pelosok harus punya nyawa cadangan.
Kondisi seperti in bahkan terjadi pula di kampung halaman tempat kelashiran Yusuf Kalla.






Selain nyebrang sungai lewat jembatan rusak, ada juga yang harus menembus hutan atau naik perahu. Alam bisa menjadi kendala besar. 































Mudah-mudahan Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi bisa mengatasi ini semua. Demi tujuan "mencerdaskan kehidupan bangsa"



7 komentar:

  1. Menterinya sibuk ngurusi proyek yang memberi reward buat dirinya

    BalasHapus
  2. begitulah potret pendidikan kita. Mahal, gonta ganti kurikulum, yang di pelosok minim sarana dan prasarana. Menteri, gubernur, bupati hanya ngurusi hal-hal berbau ekonomi yang memberi nilai tambah buat rekening mereka. Perlu revolusi sistem pendidikan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata mereka: 'kalau mau yang bagus ya harus mahal"

      Hapus
  3. Sugah nonton film "Sokla Rimba". Mestinya pemda setempat merasa malu dengan adanya fakta seperti itu. Ayo ramai2 tingkatkan kualitas pendidikan berbiaya murah. Ada yang mau jadi guru sukarela tanpa bayaran? (ya gak ada lah)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, semanagat anak-anak pedesaan untuk masuk sekolah, walaupun amat sulit, patut di apresiasi. Mungkin Jokowi agak lupa kalau dulu dia pernah sekolah, agar bisa jadi presiden

      Hapus
  4. Waktu saya sekolah didesa dulu, kalau ke sekolah juga harus lewat jembatan kawat baja melintas Sungai Brantas. Tpi sekarang sudah dibangun jembatan yang bisa dilewati mobil

    BalasHapus
  5. kalau gitu harus gunakan ilmu pembuka batin dari 7 Manusia Harimau

    BalasHapus