Rabu, 25 Februari 2015

JAKARTA KOTA TERMACET

Jakarta baru saja dinobatkan sebagai kota paling macet di dunia berdasarkan indeks Castrol's Magnatec Stop-Start. Indeks ini mengukur waktu mobil berhenti dan berjalan per kilometer dan Jakarta berada di peringkat teratas dengan 33.240 kali berhenti-berjalan per tahun.

Cerita seperti ini bukan hal baru buat Jakarta. Saya pernah tinggal di Jakarta tahun 1996-2005, dan sebelumnya tahun 1982-1990. Yang saya alami adalah kemacetan dan banjir. Banyak orang tertarik datang kesana karena terpusatnya pembangunan fisik, kegiatan ekonomi, pemerintahan dan lain-2 di Jakarta. 
Kota lainpun jadi latah ikutan. 
Kota Surabaya berada di tempat keempat, sesudah Istanbul dan Mexico City.


Sudah banyak kajian, seminar, penelitian, dan banyak lagi kegiatan serupa membahas masalah ini. Banyak usulan solusi disampaikan para pakar, tapi ya belum ya belum ada hasilnya keculai gelar Kota Termacet di Dunia. Malam hari pun Jakarta mcet, bro.

Sudah tak terhitung pemborosan BBM yang terjadi sebagai akibatnya. Padahal pemerintah mengeluh besarnya subsidi untuk BBM (ini pernyataan yang debatable sebenarnya). Kalau ada 10% aja warga Jakarta yang mengikuti program "Bike to work", yang dibarengi dengan sarana angkutan massal yang memadai seperti di Singapore misalnya, mungkin agak lumayan nyamanlah jalanan di Jakarta

Memang sangat complicated. Kalau kendaraan dibatasi, bagaimana nasib industrinya. Kayaknya pemerinta DKI lebih baik kerja deh, daripada ber-wacana terus-terusan. Penyanyi Nugie langsung ber "bike to work" tanpa gembar-gembor. Siapa yang mau ngikutin jejaknya? Anda dan saya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar